Persatuan Ulama Muslim Internasional atau yang dikenal dengan singkatan IUSM kembali menjadi sorotan publik global. Organisasi keagamaan lintas negara ini merilis sebuah fatwa yang menyerukan jihad melawan Israel—fatwa tersebut muncul sebagai respons terhadap kembalinya serangan militer Israel ke wilayah Gaza, Palestina, usai jeda singkat yang diberikan oleh gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas pada 19 Januari. Konflik tersebut telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dan tiga bulan.
Dalam dokumen hukum agama yang dikeluarkan, Sekretaris Jenderal IUSM, Ali Al Qaradaghi, dengan tegas menyerukan agar negara-negara Islam di seluruh dunia segera melakukan tindakan nyata—baik melalui kekuatan militer, tekanan ekonomi, maupun diplomasi politik—guna menghentikan tragedi kemanusiaan yang disebutnya sebagai genosida dan kehancuran total.
“Ketidakmampuan pemerintah Arab dan Islam dalam membela Gaza saat sedang dihancurkan, menurut hukum Islam, merupakan kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Gaza,” kata Qaradaghi dalam fatwa yang berisi sekitar 15 poin tersebut.
“Diharamkan memberikan dukungan kepada musuh kafir [Israel] dalam upayanya memusnahkan umat Muslim di Gaza, dalam bentuk apa pun,” ujar Qaradaghi menambahkan seperti dikutip Middle East Eye pada Selasa (8/4).
Fatwa ini bukanlah sekadar himbauan kosong, melainkan memiliki daya gaung yang signifikan, khususnya di kalangan umat Muslim Sunni. Pasalnya, Qaradaghi sendiri dikenal sebagai sosok ulama terpandang di kawasan Timur Tengah, dan ucapannya kerap menjadi rujukan moral serta spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Muslim di dunia.
Secara konseptual, fatwa adalah sebuah keputusan atau pendapat hukum dalam Islam yang biasanya dirumuskan oleh seorang alim atau cendekiawan Muslim. Meski tidak bersifat wajib dilaksanakan seperti putusan pengadilan, fatwa memuat nilai etik dan ajaran yang berpijak pada kitab suci Al-Qur’an maupun sunnah Nabi Muhammad SAW—yang mencakup segala sabda, tindakan, serta persetujuan beliau.
Mengenal IUSM: Jaringan Ulama Global yang Tersebar
IUSM berdiri sejak 2004 dan menjadikan Doha, ibu kota Qatar, sebagai pusat aktivitasnya. Jaringannya tidak terbatas pada satu kawasan saja, melainkan melintasi batas negara dan benua, dengan kehadiran aktif di kota-kota besar seperti Istanbul, Turki. Organisasi ini mengklaim menaungi lebih dari 95 ribu ulama serta menjalin kemitraan dengan 67 lembaga Islam dari berbagai penjuru dunia.
Pendiri IUSM adalah Syaikh Yusuf Al Qaradawi—ulama asal Mesir yang kemudian menetap di Qatar. Sosoknya sangat dikenal di dunia Islam, namun juga tak luput dari kontroversi. Qaradawi memiliki pengaruh yang mendalam dalam gerakan Ikhwanul Muslimin dan kerap menyampaikan pandangan keras, termasuk dukungan terhadap aksi bom bunuh diri yang dilakukan pejuang Palestina selama gelombang Intifada.
Pernyataannya yang menyulut perdebatan menjadikan dirinya dijuluki tokoh garis keras oleh beberapa negara Barat dan bahkan sebagian pemerintah Arab.
Meski memiliki kedekatan ideologis dengan sejumlah gerakan politik Islam, IUSM mencoba tampil sebagai forum pemersatu. Misinya adalah merajut solidaritas umat Islam global serta membina masyarakat berdasarkan ajaran Islam yang moderat, namun tidak segan bersuara lantang menghadapi ketimpangan dan penindasan.
Melalui berbagai pernyataan resminya, IUSM konsisten menyuarakan pentingnya kesatuan umat, membela perjuangan rakyat Palestina, dan menolak bentuk penjajahan gaya baru yang dibungkus dengan istilah geopolitik.
Fatwa yang Menggema Meski Tak Mengikat
Kendati tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, pengaruh fatwa dari IUSM cukup terasa—khususnya di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, serta komunitas diaspora Muslim. Banyak individu, organisasi, hingga pemerintahan yang sejalan secara ideologis menjadikan fatwa tersebut sebagai pijakan dalam merumuskan sikap politik atau sosial mereka.
Tuduhan, Kritik, dan Posisi Politik IUSM
Tak sedikit pihak yang memandang IUSM sebagai lembaga yang terlalu sarat muatan politik. Bahkan, beberapa negara seperti Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab sempat memasukkan IUSM ke dalam daftar organisasi teroris karena dinilai menyebarkan ajaran ekstrem.
Meski demikian, bagi para pendukungnya, IUSM adalah suara yang masih merdeka—suara yang tidak tunduk pada kepentingan geopolitik dan berani berbicara lantang di tengah sunyinya sikap lembaga-lembaga keagamaan arus utama.
Seperti dilansir The Washington Post, IUSM merupakan salah satu organisasi yang secara terbuka mendukung Qatar dalam konflik diplomatik dengan Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya pada periode 2017–2021.
Selain itu, IUSM juga aktif menyatakan sikap terhadap berbagai isu global: dari mendukung kemerdekaan Palestina, mengecam pembakaran kitab suci Al-Qur’an di Eropa, hingga menentang kekuasaan otoriter rezim Bashar al-Assad di Suriah.