PBB Laporkan Korban Sipil di Gaza: Satu Wanita dan Anak Perempuan Tewas Tiap Jam

Sahrul

Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, UN Women, melaporkan bahwa lebih dari 28.000 wanita dan anak perempuan telah menjadi korban jiwa dalam rentetan serangan yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Angka ini menggambarkan sebuah kenyataan memilukan, seperti waktu yang terus berdetak tanpa henti, di mana setiap jam satu wanita dan satu anak perempuan meregang nyawa akibat konflik yang berkecamuk.

UN Women menegaskan, “Itu rata-rata satu wanita dan satu anak perempuan terbunuh setiap jam dalam serangan-serangan yang dilakukan pasukan Israel,” sebagaimana tercantum dalam pernyataan resmi mereka di laman web, Senin (19/5/2025).

Dalam lautan duka itu, ribuan dari mereka yang kehilangan nyawa adalah ibu-ibu, sosok yang seharusnya menjadi pelindung dan penopang keluarga, namun justru meninggalkan anak-anak dan komunitas dalam kepedihan mendalam. “Angka-angka ini menegaskan korban manusia yang sangat besar akibat konflik, serta nyawa-nyawa dan masa depan yang hilang terlalu dini,” lanjut UN Women, mengingatkan kita akan dampak manusiawi yang jauh melampaui statistik.

Situasi di Gaza kian memburuk sejak Israel mengakhiri gencatan senjata pada 18 Maret 2025. Di tengah kegelapan yang pekat, blokade total yang diberlakukan sejak 2 Maret 2025 menyebabkan ancaman kelaparan akut yang menghantui kaum perempuan dan anak perempuan di Gaza. “Ini artinya setiap wanita dan anak perempuan, (lebih dari 1 juta) menghadapi tingkat kelaparan yang menghancurkan,” ujar UN Women.

Sebagai upaya untuk meredakan penderitaan, UN Women terus berkoordinasi dengan organisasi masyarakat sipil di Gaza, mendistribusikan layanan vital dan bantuan esensial bagi penduduk yang terjebak di tengah krisis ini. Namun, skala bencana yang melanda wilayah tersebut menuntut aksi cepat dan intervensi segera agar bantuan kemanusiaan dapat mengalir tanpa hambatan.

“Wanita dan anak-anak perempuan terjebak, menghadapi ketelantaran, meningkatnya angka kematian ibu, dan kekurangan mekanisme perlindungan dan keamanan,” kata UN Women, menggambarkan situasi seperti terkurung dalam labirin tanpa jalan keluar.

Seruan mendesak disampaikan oleh UN Women untuk segera menghentikan peperangan, membuka akses bantuan tanpa rintangan, serta membebaskan sandera dan mereka yang ditahan secara sewenang-wenang. “UN Women bergabung dengan Sekretaris Jenderal PBB dalam menyatakan kembali seruan untuk gencatan senjata segera, pemulihan kembali akses kemanusiaan tanpa hambatan segera, dan pembebasan tanpa syarat seluruh sandera dan mereka yang ditahan secara sewenang-wenang.”

Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza per Selasa (20/5/2025), serangan Israel telah mengakibatkan kematian setidaknya 53.475 jiwa, termasuk sekitar 17.400 anak-anak yang menjadi korban paling rentan dan tak berdosa dalam konflik ini.

Sementara itu, otoritas di Gaza melaporkan bahwa sejak gencatan senjata dicabut sepihak pada 18 Maret 2025, sedikitnya 3.340 warga telah kehilangan nyawa. Serangan darat dan pengeboman yang gencar selama seminggu terakhir semakin menambah duka yang tak berkesudahan.

Pada Selasa (20/5/2025) sendiri, serangan udara Israel merenggut nyawa sedikitnya 50 orang dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Di sisi lain, pada Senin (19/5/2025), Israel mengizinkan sembilan truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, langkah kecil yang bagai setetes air di tengah gurun dahaga.

Namun, PBB menegaskan bahwa jumlah bantuan yang diperbolehkan ini masih jauh dari cukup untuk meredam krisis kelaparan yang menyelimuti Gaza setelah lebih dari dua bulan terpenjara blokade total. Untuk gambaran, sebelum konflik pecah pada Oktober 2023, sekitar 500 truk bantuan setiap hari melintas ke wilayah tersebut, menggantikan kebutuhan dasar yang kini hampir sirna.

Also Read

Tags

Leave a Comment