Negara-Negara Eropa Serentak Kecam Serangan Israel di Gaza di Tengah Peringatan Nakba

Sahrul

Pada tanggal 15 Mei, berbagai kota besar di Eropa berubah menjadi lautan suara solidaritas bagi rakyat Palestina. Momentum peringatan Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti “bencana besar” — merujuk pada pengusiran paksa ratusan ribu warga Palestina sejak berdirinya Israel pada tahun 1948 — menjadi titik kumpul amarah dan kepedulian warga dunia.

Dari pusat-pusat kota seperti Stockholm dan London hingga Berlin, Amsterdam, dan Athena, ribuan orang berkumpul untuk menyuarakan penolakan terhadap kekerasan yang terus berulang di Jalur Gaza. Mereka tidak hanya memperingati tragedi masa lalu, tetapi juga mengutuk serangan brutal Israel yang masih berlangsung hingga hari ini.

Lautan Manusia di Jantung Stockholm

Di Odenplan Square, Stockholm, massa yang berjumlah ribuan berkumpul dalam protes damai yang diorganisir oleh sejumlah kelompok masyarakat sipil. Bendera Palestina berkibar tinggi di antara kerumunan, sementara poster bergambar anak-anak yang menjadi korban serta spanduk bertuliskan “Hentikan genosida rezim Zionis di Palestina” menjadi simbol duka dan protes yang kuat.

Banyak dari peserta membawa spanduk bertuliskan nama-nama warga Gaza yang telah gugur, sebagai pengingat keras atas nyawa yang melayang setiap harinya.

Aktivis Yahudi kelahiran Swedia, Dror Feiler, menyampaikan pidato di hadapan massa. Ia berkata, “Operasi militer Israel di Gaza adalah ‘genosida’ dan tindakan ini harus segera dihentikan.” Ia juga menyampaikan kritik terhadap Menteri Luar Negeri Swedia yang memilih bungkam di tengah krisis.

Sentimen serupa disuarakan oleh Pendeta Ann Christin Kristiansson dari Gereja Swedia. Ia menyatakan bahwa penghentian agresi ini membutuhkan perlawanan sipil yang terstruktur, bukan intervensi bersenjata. Kristiansson menegaskan bahwa yang menjadi sasaran dalam serangan tersebut bukanlah kombatan, melainkan perempuan, anak-anak, dan warga sipil tak berdosa.

Pawai Akbar di Ibu Kota Inggris

Sementara itu, di London, gelombang manusia memadati jalanan dalam pawai solidaritas menuju Downing Street. Ribuan peserta mengenakan keffiyeh dan mengibarkan bendera Palestina sambil meneriakkan yel-yel seperti “Hentikan genosida di Gaza” dan “Israel adalah negara teroris.”

Aksi massa ini tak hanya mengutuk aksi militer Israel, tetapi juga mengkritisi peran pemerintah Inggris yang dinilai mendukung Israel melalui penjualan senjata dan kebijakan luar negeri yang berpihak.

Dalam aksi itu hadir tokoh-tokoh publik seperti aktor The Crown Khalid Abdalla, aktris Juliet Stevenson, serta mantan perwira militer dan diplomat AS Ann Wright.

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, menyampaikan pidato emosional yang menggambarkan kehancuran tanah kelahirannya di Gaza dan penderitaan rakyat Palestina. Ia menegaskan bahwa genosida ini telah berlangsung selama 77 tahun.

“Genosida telah berlangsung selama 77 tahun, bukan hanya dalam eskalasi baru-baru ini,” katanya.

Mantan Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn dan anggota parlemen Apsana Begum ikut bergabung dalam aksi, mengecam keras kebijakan luar negeri Inggris. Ketua Kampanye Solidaritas Palestina, Ben Jamal, bahkan menyebut bahwa “sejarah akan meminta pertanggungjawaban dari para pemimpin yang terus mendukung agresi militer Israel.”

Berlin, Amsterdam, dan Athena: Titik Api Solidaritas

Di Jerman, ratusan demonstran memadati Potsdamer Platz, Berlin. Dengan pengamanan yang ketat dan beberapa penangkapan, para peserta tetap menyuarakan keberanian mereka. Spanduk bertuliskan “Keheningan Anda adalah keterlibatan” menyindir para pemimpin dunia yang memilih diam.

Di Amsterdam, Dam Square menjadi panggung suara-suara kemanusiaan. Para demonstran mengutuk blokade Gaza dan menyuarakan bahwa “Gaza berada di ambang Nakba baru,” seperti dikatakan oleh aktivis Mohammed Kotesh. Ia mendesak pencabutan blokade agar bantuan kemanusiaan dapat segera masuk.

Sementara itu, di Athena, barisan aksi damai bergerak dari Kedutaan Besar AS menuju Kedutaan Israel. Naim el-Ghandour dari Asosiasi Muslim Yunani menyatakan bahwa solusi global yang dipimpin oleh Türkiye dapat menjadi jalan menuju perdamaian. “Pertemuan semacam itu akan memberi tekanan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang dan menyebabkan Israel terisolasi secara internasional,” ujarnya kepada Anadolu.

Muhammed el-Batta dari Gaza menambahkan, “Ini bukanlah perang, melainkan genosida yang dimulai 80 tahun lalu dan terus berlanjut hingga saat ini.”

Luka Lama yang Terus Menganga

Tragedi Nakba yang terjadi pada 1948, ketika lebih dari 700.000 warga Palestina diusir dari tanah kelahirannya, kini diperingati dalam suasana duka yang masih aktual. Gelombang agresi militer Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah merenggut lebih dari 53.000 jiwa — mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.

Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kini menghadapi surat penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Sementara itu, Israel juga digugat atas kasus genosida di Mahkamah Internasional.

Also Read

Tags

Leave a Comment