Gempuran Israel di Gaza Capai 100.000 Ton Bom, 2.200 Keluarga Terkubur

Sahrul

Selama hampir dua tahun konflik yang mengoyak kemanusiaan, Israel dikabarkan telah menjatuhkan total 100.000 ton bahan peledak di Jalur Gaza, menciptakan kehancuran berskala besar yang memicu bencana kemanusiaan tak terbayangkan. Derasnya ledakan yang mengguncang kawasan padat penduduk itu bak badai petir tak berkesudahan yang menghantam jantung rakyat Palestina.

Laporan tragis ini disampaikan oleh kantor media pemerintah Gaza pada Kamis (8/5/2025), mengutip sumber Anadolu Agency. Dalam pernyataan tersebut, dirinci bahwa lebih dari 62.000 orang Palestina telah tewas atau menghilang, seiring dengan lebih dari 12.000 insiden pembantaian yang menimpa populasi sipil.

“Pemboman Israel menyebabkan lebih dari 62.000 kematian atau penghilangan warga Palestina, termasuk lebih dari 10.000 orang yang masih terperangkap di bawah reruntuhan dengan nasib yang tidak diketahui,” ungkap kantor tersebut.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa dalam kampanye militer ini, Israel telah memusnahkan 2.200 keluarga Palestina, dengan 6.350 nama dihapus dari daftar sipil, seolah keberadaan mereka terhapus dari sejarah secara paksa.

Ironisnya, tidak hanya yang hidup menjadi korban. Area pemakaman pun turut menjadi sasaran, di mana 2.300 jenazah dilaporkan diambil dari makam oleh pasukan Israel. Sebanyak tujuh kuburan massal juga dibangun di dalam lingkungan rumah sakit, dan hingga kini 529 jenazah telah ditemukan.

Di sisi lain, sistem kesehatan Gaza mengalami keruntuhan total. Perpindahan paksa dan hancurnya fasilitas medis telah memunculkan lebih dari 2,1 juta kasus penyakit menular, termasuk lebih dari 71.000 kasus hepatitis. Rantai perawatan yang rusak kini berubah menjadi ladang penderitaan yang luas tanpa ujung.

Tak hanya infrastruktur sipil dan medis yang luluh lantak, tempat ibadah pun tak luput dari kehancuran. Sebanyak 828 masjid dihancurkan seluruhnya, sementara 167 lainnya mengalami kerusakan parah. Tiga gereja juga turut diserang, dan 19 dari 60 kuburan dihancurkan, baik secara menyeluruh maupun sebagian.

Di balik reruntuhan dan puing-puing bangunan, penderitaan lain juga muncul: kelaparan. Dalam strategi yang disebut sebagai “kebijakan kelaparan”, Israel menyerang 66 fasilitas bantuan, termasuk 29 dapur umum dan 37 pusat distribusi logistik. Lebih dari 37.000 truk bantuan dan pasokan bahan bakar ditolak masuk, membuat Gaza kian terkepung dalam krisis kelangsungan hidup.

Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, tentara Israel disebut telah menewaskan hampir 52.800 jiwa, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Komunitas internasional mulai mengambil langkah hukum. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Tak berhenti di sana, Israel kini juga menghadapi gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan melakukan genosida.

Also Read

Tags

Leave a Comment