Gaya hidup dengan filosofi You Only Live Once (YOLO), yang sebelumnya populer, kini perlahan mulai ditinggalkan. Generasi Z (Gen Z) beralih pada tren baru bernama You Only Need One (YONO), yang lebih menitikberatkan pada hidup sederhana, keberlanjutan lingkungan, dan peningkatan kualitas hidup.
Konsep YONO mendorong individu untuk memprioritaskan kebutuhan esensial dibandingkan konsumsi berlebihan, sekaligus menciptakan keseimbangan antara kenyamanan pribadi dan dampak positif bagi dunia sekitar.
YONO merupakan sebuah pendekatan hidup yang menekankan pentingnya memiliki sedikit barang, namun dengan kualitas unggul dan umur pakai yang panjang. Filosofi ini mendorong individu untuk lebih bijak dan cermat dalam menentukan pilihan, baik dalam hal barang maupun layanan.
Fokus utama dari tren ini adalah memastikan setiap keputusan konsumsi didasarkan pada nilai guna, efisiensi, serta pengaruhnya terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, YONO tidak hanya mendukung gaya hidup minimalis tetapi juga mendorong tanggung jawab ekologis dan kesadaran akan dampak jangka panjang dari setiap tindakan.
Menurut informasi dari laman ruangmenyala.com, Generasi Z mulai mengadopsi filosofi YONO karena alasan-alasan yang sejalan dengan tantangan zaman. Salah satu faktor utamanya adalah meningkatnya kesadaran terhadap isu lingkungan.
Mereka menyadari bahwa gaya hidup konsumtif tidak hanya menghasilkan limbah dalam jumlah besar, tetapi juga memicu eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Dengan memilih YONO, Generasi Z berupaya mengurangi dampak negatif ini, sekaligus mendukung pola hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain itu, ketidakstabilan ekonomi global turut memengaruhi keputusan Generasi Z untuk lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka. Dengan memilih untuk membeli barang-barang berkualitas tinggi yang tahan lama, mereka tidak hanya memastikan nilai guna yang optimal, tetapi juga berpotensi mengurangi pengeluaran dalam jangka panjang.
Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk lebih efisien dalam mengalokasikan dana, sekaligus menghindari pemborosan yang sering terjadi akibat pembelian barang-barang yang cepat rusak atau tidak diperlukan.
Pengalaman selama pandemi juga memainkan peran krusial dalam mendorong pergeseran ini. Banyak orang mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu ditemukan dalam kepemilikan barang materi, melainkan dalam pencapaian pengalaman yang bermakna dan hubungan sosial yang mendalam.
Pandemi mengajarkan pentingnya kualitas waktu yang dihabiskan bersama orang-orang terdekat, serta bagaimana pengalaman hidup yang sederhana namun penuh makna bisa memberikan kepuasan yang lebih tahan lama daripada sekadar akumulasi barang.
Dengan mengadopsi gaya hidup YONO, diharapkan akan tercipta berbagai manfaat yang signifikan. Salah satunya adalah pengurangan limbah, di mana memilih untuk memiliki lebih sedikit barang berkontribusi pada penurunan jumlah sampah yang dihasilkan.
Dengan fokus pada kualitas dan daya guna barang, individu tidak hanya mengurangi konsumsi berlebihan, tetapi juga mendukung upaya pelestarian lingkungan dengan meminimalkan dampak buruk terhadap ekosistem.