Sebuah fenomena badai salju yang jarang terjadi melanda kawasan selatan Amerika Serikat, menghadirkan hujan salju, butiran es, dan suhu yang sangat dingin.
Kondisi ekstrem ini memicu penutupan sejumlah jalan utama dan bandara di negara bagian Texas, sementara Louisiana menghadapi peringatan resmi terkait potensi bahaya badai salju.
Menurut laporan dari BBC News pada Jumat (24/1/2025), curah salju di Florida mencapai rekor tertinggi baru, dengan ketebalan hingga 20 cm.
Jumlah ini dua kali lebih besar dibandingkan rekor sebelumnya yang terjadi pada tahun 1954, menjadikannya peristiwa bersejarah bagi wilayah yang jarang mengalami cuaca bersalju.
Badai salju ini turut mengakibatkan tragedi, dengan setidaknya sembilan korban jiwa yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas serta dampak paparan suhu dingin yang ekstrem.
Dampaknya juga meluas ke sektor transportasi udara, di mana lebih dari 1.600 penerbangan domestik harus dibatalkan, sementara 1.765 penerbangan lainnya mengalami penundaan signifikan.
Meskipun salju sudah tidak lagi turun di wilayah barat Pantai Teluk, kondisi cuaca buruk terus mengganggu aktivitas transportasi, baik di udara maupun di darat.
Badan Layanan Cuaca Nasional (NWS) mengeluarkan peringatan bahwa dampak pada perjalanan kemungkinan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan, disebabkan oleh penumpukan salju yang tebal dan suhu dingin yang sangat ekstrem.
Badai diprediksi akan terus bergerak menuju Carolina Selatan dan Utara, dengan kemungkinan mencapai wilayah Outer Banks.
Di sisi lain, dampak badai ini menyebabkan lebih dari 108.000 pelanggan di kawasan Pantai Teluk mengalami pemadaman listrik, dengan gangguan terbesar tercatat di negara bagian Georgia dan Florida.
Gubernur New York, Kathy Hochul, menetapkan keadaan darurat di 12 wilayah di bagian barat negara bagian tersebut.
Ia juga memperingatkan bahwa beberapa area di sekitar Danau Ontario diperkirakan akan menerima curah salju yang sangat tinggi, dengan akumulasi mencapai 60-90 cm, yang berpotensi memperparah kondisi di daerah terdampak.
Di Kanada, gelombang suhu ekstrem turut melanda provinsi Ontario dan Quebec, di mana peringatan cuaca menyebutkan bahwa suhu dapat turun hingga -50°C jika dikombinasikan dengan angin dingin.
Sementara itu, di wilayah selatan Amerika Serikat, Louisiana mencatatkan total curah salju tertinggi, yaitu mencapai 27 cm, menjadikannya salah satu daerah dengan dampak badai salju paling signifikan.
Wilayah Florida, Georgia, dan Carolina Selatan dilaporkan menerima curah salju setinggi 20-30 cm, sesuatu yang jarang terjadi di kawasan ini.
Untuk menghadapi cuaca dingin yang luar biasa, gubernur dari Louisiana, Mississippi, dan Alabama telah mengumumkan keadaan darurat, memungkinkan alokasi sumber daya tambahan untuk menangani dampaknya.
Suhu di wilayah terdampak diproyeksikan turun jauh di bawah rata-rata bulan Januari, bahkan berpotensi memecahkan rekor suhu terendah yang pernah tercatat.
Badai ini pertama kali terbentuk di Texas pada Senin malam (20/1/2025) sebelum bergerak ke arah timur, memengaruhi kawasan lebih luas hingga Rabu pagi (22/1/2025).
Gubernur Florida, Ron DeSantis, menyampaikan bahwa infrastruktur negara bagian tersebut tidak dirancang untuk menangani kondisi bersalju.
Ia mengimbau warga agar tetap berada di rumah demi menjaga keselamatan mereka, mengingat tantangan yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem yang langka ini.
Sekitar 40 juta penduduk di wilayah selatan Amerika Serikat kini berada di bawah peringatan cuaca ekstrem, sementara itu, sekitar 170 juta orang di wilayah timur juga diberi peringatan mengenai ancaman suhu dingin yang luar biasa.
Dampak cuaca yang sangat buruk ini memengaruhi sejumlah besar wilayah, memicu kewaspadaan di banyak daerah.