Mobil Listrik Tesla Dijual di Arab Saudi, Stasiun Pengisian Masih Langka

Sahrul

Tesla resmi memulai kiprahnya di tanah gurun Arab Saudi dengan memasarkan kendaraan ramah lingkungan bertenaga listrik. Namun, langkah berani ini dihadapkan pada sejumlah halangan, terutama soal minimnya infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang masih bisa dihitung dengan jari.

Perjalanan Tesla menembus wilayah Timur Tengah ini bagaikan pelaut yang hendak mengarungi lautan luas tanpa pelabuhan untuk berlabuh. Pasalnya, di sepanjang jalan bebas hambatan yang membentang hingga 900 kilometer, tak satu pun titik pengisian daya tersedia—sebuah kenyataan yang cukup menyulitkan bagi mobil listrik untuk melakukan perjalanan jauh.

Kendati sarana pengisian masih jauh dari kata cukup, angka penjualan mobil listrik di Arab Saudi tetap menunjukkan geliat. Sepanjang tahun lalu, sebanyak 2.000 unit kendaraan listrik berhasil dilepas ke konsumen. Walau kontribusi Tesla belum mendominasi, sinyal kuat ke arah transformasi mobilitas tetap terlihat. Negeri minyak ini rupanya tengah menyiapkan cetak biru besar untuk menyambut era otomotif berbasis energi alternatif.

Jika ditilik dari jumlah SPKLU, negara tersebut baru memiliki 101 titik pengisian, yang sebagian besar tersebar di kota-kota metropolitan. Gambaran berkendara melintasi padang pasir yang sunyi dan panjang pun bak mimpi yang sukar diwujudkan, kecuali pengendara berani mengambil risiko.

Namun, bukan hanya kelangkaan SPKLU yang menjadi tantangan. Tesla juga harus mengatasi kondisi iklim ekstrem di wilayah ini. Suhu udara saat musim panas bisa menembus 50 derajat Celsius—panas yang sanggup membuat daya baterai terkuras lebih cepat, seperti es yang mencair di bawah matahari terik.

Persaingan pun bukan hal yang bisa dihindari. Pesaing asal Tiongkok, BYD, telah lebih dahulu menginjakkan kaki di pasar Arab Saudi lewat pembukaan dealer resmi di Riyadh sejak Maret 2024.

“Saya pikir, pengisian daya menjadi salah satu hal yang utama. Jika bukan yang utama, yang paling diperhatikan,” kata General Manager BYD di Arab Saudi Carlos Montenegro.

Carlos menambahkan bahwa gaya hidup berkendara masyarakat Arab Saudi berbeda dibanding negara lain. Mereka terbiasa menempuh jarak jauh dalam aktivitas harian, sehingga mobil hybrid dengan sistem ganda—mesin bensin dan motor listrik—lebih diminati.

“70 persen dari mobil BYD yang terjual di Arab Saudi berjenis hybrid bukan mobil listrik murni,” begitu kata Carlos.

Kekhawatiran akan kehabisan daya di tengah perjalanan memang menjadi momok tersendiri. Survei dari Roland Berger yang dihimpun melalui Statista mencatat, mayoritas konsumen di Arab Saudi mendambakan kendaraan listrik yang mampu menempuh jarak antara 500 hingga 700 kilometer dalam sekali isi daya.

“Saya sering berkendara, rata-rata lebih dari 50.000 km per tahun. Saya khawatir mobil listrik tak bisa memenuhi kebutuhan tersebut,” ujar seorang warga Saudi yang sedang melihat-lihat mobil di dealer BYD Riyadh Fahd Abdulrahman.

Dengan tantangan yang cukup kompleks, dari medan geografis, iklim ekstrem, hingga kebiasaan berkendara masyarakat, perjalanan Tesla di pasar Arab Saudi bisa diibaratkan menanam benih di tanah tandus. Namun, bila strategi tepat dan infrastruktur diperkuat, bukan tak mungkin hasil manis akan dituai dalam beberapa tahun ke depan.

Also Read

Tags

Leave a Comment