Huntnews.id – MAKASSAR, 14 Oktober 2023 – Universitas Muslim Indonesia (UMI) berada dalam sorotan publik setelah mantan Rektornya, Prof Basri Modding, terlibat dalam skandal mobilisasi preman yang mengejutkan. Mantan Rektor yang dicopot dari jabatannya karena dugaan tindak pidana korupsi ini disebut telah menyewa 200 preman untuk berjaga di Menara UMI.
Tindakan ini menuai kecaman keras dari Pelaksana Tugas (Plt) Rektor UMI, Prof Sufirman Rahman, yang menilai bahwa mobilisasi preman bukanlah tindakan yang pantas dilakukan oleh seorang profesor dan pemimpin perguruan tinggi.
Menurut Prof Sufirman Rahman, mantan Rektor UMI seharusnya menempuh jalur hukum apabila merasa tidak puas dengan pencopotan jabatannya. Menggugat yayasan wakaf UMI ke pengadilan tata usaha negara (PTUN) adalah langkah yang lebih terhormat dan pantas dilakukan. “Lebih baik menggugat daripada mobilisasi preman.
Itu lebih tidak terdidik. Ini yang ada di Menara UMI sekarang ini lebih dari 200 orang ini, tidak ada mahasiswa, semua adalah preman yang dia bayar,” ujar Prof Sufirman Rahman pada konferensi pers yang digelar Kamis, 12 Oktober 2023.
Selain mobilisasi preman, Prof Basri Modding juga mengeluarkan edaran yang merugikan mahasiswa dan civitas akademik UMI. Edaran tersebut melibatkan pembatasan aktivitas dan layanan, mengakibatkan mahasiswa kehilangan hak-haknya yang seharusnya didapatkan. “Jadi ini tindakan konyol. Kalau dia merasa tidak puas, ia harus menggunakan langkah hukum. Gugat ke PTUN, kita uji di situ,” tegas Prof Sufirman Rahman.
Lebih lanjut, Prof Sufirman Rahman menekankan bahwa tindakan tersebut sangat merugikan yayasan wakaf UMI dan mahasiswa UMI. Menurutnya, seorang profesor seharusnya menunjukkan sikap yang bijaksana dan hormat pada hukum.
“Ini kan bukan cara-cara orang terpelajar. Malah membuat edaran meliburkan seluruh aktivitas, seluruh aktivitas pelayanan tanpa batas waktu,” tambahnya.
Pelaksana Tugas Rektor UMI ini mengajak seluruh civitas akademik UMI untuk tetap tenang dan menjalankan kegiatan akademik dengan sebaik-baiknya meskipun dalam kondisi yang sulit ini. “Kita tidak boleh terpengaruh oleh tindakan-tindakan tidak terdidik ini. Kita harus tetap fokus pada pendidikan dan pengajaran,” tutupnya.
Sementara itu, publik menantikan tindak lanjut dari pihak berwenang terkait tindakan kontroversial mantan Rektor UMI ini. Kabar ini menimbulkan kehebohan dan keprihatinan di kalangan mahasiswa dan masyarakat Makassar, serta menimbulkan pertanyaan tentang etika dan moralitas dalam kepemimpinan perguruan tinggi di Indonesia.